Sulitnya Memacu Kambing
CarangwulunKecamatan Wonosalam dan warga sekitar desa itu sudah
berkumpul di lapangan kecil untuk menyaksikan lomba pacu kambing yang
diadakan oleh Kampoeng Djawi. Kampung Djawi merupakan wahana untuk
out bound, berkemah, menginap, rapat dan lain- lain.
Ketika penulis datang, lomba sudah dilakukan tetapi masih babak penyisihan.
Lapangan pacu berukuran lebih kurang 25 meter kali 10 meter dibatasi dengan
pagar bambu itu telah dikelilingi pengunjung. Di Lapangan itu ada dua pasang
kambing yang siap untuk dipacu beserta jokinya dan beberapa panitia yang
mengatur jalannya perlombaan itu.
Dengan diiringi suara musik, seorang pemandu acara memompa semangat
dengan suara lantang. Di sisi lain tampak kambing atau domba diletakkan di
tempat teduh menanti giliran untuk berpacu. Yang banyak dipakai lomba ini
adalah jenis kambing keturunan Etawa,karena kambing jenis ini memiliki
potur tubuh yang lebih besar daripada kambing yang lain.
Ketika pemandu memberi komando satu...dua...tiga... langsung dua pasang
kambing bergerak maju, memutar, menabrak pagar pembatas, menabrak kambing
lain dan ada yang mogok tidak mau lari. Ternyata memacu kambing tidaklah mudah,
tidak seperti memacu kuda atau lembu dapat langsung berlari. Bahkan ada
yang memutar- mutar saja, kemudian menuju garis finish, hampir sampai di garis
finish kambing memutar kembali menuju ke garis start.
Semakin siang mendung tampak melintas sehingga suasana lebih nyaman.
Beberapa fotograferpun mengabadikan acara ini, seperangkat drone juga
digunakan untuk mengambil gambar dari atas. Acara ini merupakan agenda
tahunan untuk menyemarakkan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia.